KHOZINATUL ASROR 002 : KEDUDUKAN NIAT DALAM IBADAH 02
KHOZINATUL ASROR 002 : KEDUDUKAN NIAT DALAM IBADAH 02
Al Hamdu lillah, shlatuhu wasalahumu lirosulillah Muhammad ﷺ bni Abdillah. wilujeng wengi, melanjutkan materi kemarin tentang memperbaiki niat.Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita dalam memahami kaidah-kaidah dasar keislaman sehingg kita dapat menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
(وأما سنن ذكر الله) فحضور القلب وخلوص النية ومنها إخفاء ذكر الله تعالى فإنه يفضل على الذكر الظاهر بسبعين ضعفا لقوله تعالى "أُدْعُوْا رَبَّـكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً" ولقوله عليه الصلاة والسلام "خير الذكر الخفي" والـمعنى فيه أخلص الله تعالى وأبعد عن الرياء وأكثر فائدة وثمرة بالتجربة كذا فى حدائق الأخبار.
(Kesunatan dalam berdzikir kepada Allah) ia itu menghadirkan qalbu dan niat yang ikhlas, dan diantaranya adalah menyamarkan saat berdzikir (menyebut Nama Allah) sebab dzikir secara sirri lebih utama 70 kali lipat ketimbang dzikri jahr. Hal ini berdasarkan Firman Allah “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berrendah diri dan suara lembut” (Al-A’rof : 55). Rasulullah ﷺ bersabda “Sebak-baik dzikir adalah dzikir khofi (samar)”
Adapun maksud adari memurnikan niat untuk Allah adalah agar dijauhkan dari sifat riya’, disamping itu pula ikhlas dalam niat mmeiliki banyak faedah dan buahnya dapat dipraktikkan. Demikian yang tertulis dalam kitab Hada-iqul Akhbar.
(وروي) عن أبى موسى الأشعرى رضي الله عنه أنهم كانوا فى سفر أي رجعوا من غزوة خيبر فأشرف الناس على واد فرفعو أصواتهم بالتكبير فقال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم "أيها الناس إرجعوا على أنفسكم فاتكم لاتدعون أصم ولا غائبا إنكم تدعون سميعا قريبا وهو معكم" وفى الحديث أمثاله مما يدل على استحباب الإخفاء فى ذكر الله تعالى لكن ذكره شارح الكشاف أن هذا بحسب الـمقام والشيخ الـمرشد يأمر الـمبتدئ برفع الصوت ليقلع عن قلبه الخواطر الراسخة فيه كذا فى شرح الـمشارق ويوافقه ما ذكر فى الـمظهر حيث قال الذكر برفع الصوت جائزيل مستحب إذ لم يكن عن رياء ليغتنم الناس اظهار الذين ووصول بركة الذكر الى السامعين فى الدور والبيوت والحوانيت وليوفق القائل من يسمع صوته ويشهد له يوم القيامة كل رطب ويابس يسمع صوته.
(Diceritakan) dari Abi Musa Al-Asy-ary ra, saat itu mereka sedang dalam perjalanan pulang ari perang Khaibar. Sepanjang perjalanan itu setiap orang mengelu-elukan mereka. Diantara mereka ada yang mengeraskan suaranya dengan ucapan takbir. Mendengar bacaan takbir yang begitu kerasnya Rasulullah ﷺ bersabda “Hai orang-orang, kembalilah ke diri kalian. Tuhanmu tidaklah tuli maupun gaib. Saat kalian berdoa Ia (Allah) Mendengar dan Dekat dengan kalian, dan Dia bersama kalian”.
Hadits lain menceritakan tentang dianjurkanya berdzikri secara khofy, akan tetapi tujuan dzikirnya ini untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat kasyaf. Dan tentunya dzikir model seperti harus di bimbingan langsung oleh seorang mursyid. Saat sang Mursyid menyuruh untuk mengeraskan suara santrinya ini tujuannya untuk mencabut kotoran-kotora yang ada di hati muridnya. demikian ang dijelaskan dalam kitab Syarhul Masyariq.
Dzikir dengan jelas seperti dawuh-dawuh diatas bisa dikatakan sesuai aturan jiak tidak disertai dengan riya’. Disamping itu, dzikir dengan suara jahr keberkahannya dapat mengalir kepada orang yang mendengarnya baik yang ada di rumah masing-masing maupun diperkampungan / pemukiman. Sebab, para pendengar ini kelak dihari kiamat akan menjadi saksi baginya, dan bukan hanya manusia saja, bahkan dedaunan kering maupun yang basa uga bersaksi atas suara tersebut.
وبعض الـمشايخ اختاره إخفاءه لأنه أبعد عن الرياء وهذا متعلق بالنية كانت نيته صادقة فرفع صوته بالقراءة والذكر أولى لـما ذكرناه ومن خاف من نفسه الرياء فالأولى له إخفاء الذكر لئلا يقع فى الرياء. إنتهى
Sebagian dari para sesepuh Ulama’ lebih memilih berdzikir dengan khofy, sebab hal ini akan menjauhkan dirinya dari sifat riya’. Nah, model dzikir jahr ini sesuai dengan apa yang diniatkannya. Jika niat membaca Al-Qur’an itu untuk bersedekah maka lebih baik ia mengeraskan suaranya. Adapun dzikir yang pertama (seperti keterangan diatas) yakni bagi orang yang takut akan riya maka lebih baik ia menyamarkannya agar tidak terjerumus dalam riya’.
﴿فاعلم﴾ أن الذكر القلبى هو الذى ليس للسان حظ منه بل هو معنى ذوق لايمكن البيان عنه بتحرير القلم ولا بتقرير اللسان. واختلف العلماء رحمهم الله تعالى فى ذكر القلبى هل تكتبه التملائكة أم لا. فقيل تكتبه. ويجعل الله لهم علامة يعرفونه بها كطيب الريح وقيل لا لأنه لايطلع عليه غبر الله تعالى. قيل الصحيح هو الأول كذا فى شرح الـمشارق لأكمل الدين. قال شارح الـمصابيح إختلف هل التهليل والتسبيح ونحوهما بمجرد القلب أفضل, أو باللسان مع حضور القلب احتج من رجع الأول بأن عمل القلب أفضل من عمل اللسان واحتج من رجع الثانى بأن العمل فيه أكثر فاقتضى زيادة أجر والصحيح هو الثانى كذا ذكره النواوى فى شرح مسلم
(Ketahuilah) Dzikir qalbu itu sama sekali tidak memanfaatkan lisan saat melafalkannyaa, akan tetapi lebih mengedepankan pendalaman maknanya sehingga tidak memungkinkan untuk menjeklaskan suaranya secara tulisan dan tidak pula dapat dilisan.
Para ulama berbeda pendapat mengenai dzikir khofy dan jahr ini, apakah dzikir khofy ini akan dicatat oleh para malaikat atau tidak? Jawabnya ya. Dan Alalh menjadikan mereka (para malaikat) tanda-tanda agar dapat menegtahui dikri tersebut seperti aroma wangi. Wakila, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Menurut pendapat yang sahih adalah pendapat yang pertama. Demikian yang tertulis di kitab Syarhul Masyariq karya Syekh Akmaluddin.
Lain lagi pendapatnya pengarang kitab Syarhul Mashobih “Apakah bacaan tahlil dan tasbih dan sejenisnya membaca dengan jahr lebih baik di dalam hati saja, atau boleh dilisankan dengan syarat disertai dengan kehadiran hati” pendapat ini sesuai dengan qaul yang pertama yaitu memerankan hati itu lebih utama ketimbang di lidah. Sedangkan qaul yang kedua yakni membaca jaher yang diserati kehadiran hati itu lebih baik karena ada pahala dowbel. Demikian menurut Imam Nawawi dalam kita Syarah Muslim.
(قال) سيد الطائفة الجنيد البغدادى قدس سره يامعشر الفقراء إنكم إنما تعرفون بالله وتكرمون لله فانظروا كيف تكونوا مع الله إذا خلوتم ويمكن أن تصير أوقات العبد جميعها مصروفة إلى الطاعات. وإن كانت وقت الأكل والشرب والنوم والـمضاجعة مع الـمرأة والوقاع والكلام وسائر الحركات والسكنات فإنما الأعمال بالنيات فإذا نوى بالأكل العون على العبادة وكذا بالشرب لا الإستلذاذ وبالنوم دفع الـملال والكلام حتى يكون نشيطا فى العبادة لاراحة النفس وتفريغها وبالـمضاجع مع الجليلة حقها الـمتعين فى الشرع والوقاع تسكين شهوتها وتوطين نفسها حتى لايقعا فى حرام ولعله يكون سببا لظهور ولد يعبد لله لا لإستلذاذ النفس وكذا كل من يعمل من الحرف والصناعات لأكل الحلال والعون على الطاعات فكل من هذه العبادات بصوالح النيات تنقلب عبادات يؤجر العبد عليها ويثقل ميزان حسنائه يوم القيامة إذا روعى الآداب فى هذه العادات حتى تقع على وصف السنة والـمتابعة على موجب العلم والتقوى تصير جميعها ومنورة ينضاف نورها نور الطاعات فتقع على وصف الكمال فينور حينئذ القلب وينصلح ويسرى نور القلب الى النفس فتزكى وتزول عنها شيئا فشيئا رذائل الأخلاق ثم يسرى نور النفس الـمطهرة الـمزكاة إلى الطبع فتزول ظلمات البشرية فلا يزال يزيد نور القلب ويفيض على النفس ومنها على الطبع حتى يصير طبع البشر كطبع الـملك لايحب بالطبع كما يحب القلب ولو لم تكن ضرورات البشرية الـمرتبطة بالأوامر لـما كان يظهر منهم شيئ ما من مقتضيات الطبيعة وقال تعالى "اللهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ" وقال أيضا "وَيَزِيْدُ اللهُ الَّذِيْنَ اهْتَدَوْ هُدًى" الآية كذا فى وصايا القدسى.
Sayid Al Baghdadi berkata : Wahai orang-orang faqir (orang yang butuh akan pertolongan Allah) apabila kalian ingin mengenal Allah dan memuliakan karena-Nya maka lihatlah bagaimana kalian memposisikan diri bersama Allah. Tatkala kalian sedang berkholwat dan menjadikan waktu kalian untuk menghamba secara keseluruhan dimana tindakan tersebut murni karena menjalankan ketaatan.
Apabila kalian sedang makan, minum, bersendaguaru bersama istri, bersetubuh, berbicara, dan seluruh gerak maupun diam kalian itu akan dinilai sesuai niatnya. Jika kalian berniat makan jangan hanya diniatkan untuk memuaskan selera makan saja. Demikian juga dengan minum bukan hanya sekedar minum demi kenikmatan saja. jadikan tidur anda sebagai sasaran ntuk menghilangkan kebosanan dan setelah bangun menjadi semangat kembali dalam beribadah bukan hanya sekedar mengistirahatkan badan dan bergumul atau bermanja-manjaan bersama istri maka hak-nya taat harus diqodho secara syari’at sehingga saat bersenggama tidak terjerumus kedalam hal-hal yang diharamkan. Mengapa demikian, alasannya karena bersenggama bersama istri dapat menurunkan seorang anak maka dari itu bergumulpun harus disertai dengan niat dan ketaatan dan akan dicatat sebagai ibadah.
Setiap amal perbuatan yang berlandaskan ketaatan yang berangkat dari ketulusan niat maka akan memperoleh pahala serta memberatkan timbangan kebaikannya kelak di hari kiamat. Jika hal ini sudah menjadi kebiasaan maka akan menyebabkan turunnya cahaya ketaatan yang berimbas pada sifat kesempurnaan seseorang, hatinya akan selalu diliputi oleh cahaya dimana cahaya itu akan bergerak dengan sendirinya membersihkan kotoran-kotoran hati dan watak jahat sehingga seluruh tubuhnya diliputi oleh cahaya dan wataknya akan berubah seperti watak para malaikat yang hanya menyukai watak ketaatan saja. Firman Allah “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)” (Al-Baqarah : 257) juga dalam Surat Maryam ayat 76 Allah berfirman “dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk”
<<SEBELUMNYA- SELANJUTNYA>>
0 Response to "KHOZINATUL ASROR 002 : KEDUDUKAN NIAT DALAM IBADAH 02"
Post a Comment